Failure Mode and Effects Analysis (FMEA)
Menurut Shirouyehzad, Dabestani, dan Badakhshian, implementasi ERP (enterprise resource planning) telah menjadi salah satu tantangan besar bagi perusahaan-perusahaan dalam dekade akhir ini dan terdapat banyak halangan untuk mengimplementasikan ERP dengan sukses. Perusahaan dapat mengurangi akibat dari kegagalan implementasi dengan mengidentifikasi apa yang menjadi kekuatan dan kelemahannya. Salah satu metode yang dapat diaplikasikan yang dapat mencegah terjadinya kecacatan (defect) dalam implementasi adalah failure mode and effect analysis (FMEA).
FMEA merupakan teknik perancangan yang secara sistematis mengidentifikasi dan menginvestigasi kelemahan sistem yang potensial (produk atau proses) yang terdiri dari metodologi untuk menganalisa kemungkinan-kemungkinan bagaimana kegagalan sistem dapat terjadi, kegagalan-kegagalan yang mungkin terjadi (potential effects of failures) pada performa dan keamanan sistem, dan seberapa besar dampak dari masalah-masalah ini. Tujuan dari FMEA ini adalah untuk mencegah kegagalan yang tidak dapat diterima dan untuk membantu manajemen mengalokasikan sumber dayanya dengan lebih efisien.
FMEA (Failure Mode and Effects Analysis) merupakan sebuah teknik untuk mengerti dan memprioritaskan cara-cara kegagalan yang mungkin (atau yang beresiko terhadap kualitas) dalam fungsi-fungsi sistem, fitur-fitur, atribut-atribut, kemampuan-kemampuan, komponen-komponen, dan interfaces. (Black, 2009: 32).
1) System Function or Feature
Dalam baris-baris yang ada, dimasukkan deskripsi yang singkat dari fungsi sistem. Jika yang dimasukkan merepresentasikan sebuah kategori, maka harus dibagi-bagi ke dalam fungsi-fungsi atau fitur-fitur spesifik dalam baris berikutinya.
2) Potential Failure Mode(s)—Quality Risk(s).
Untuk tiap-tiap fungsi atau fitur spesifik (tapi bukan untuk kategori itu sendiri), yang dimasukkan ke dalam kolom ini mengidentifikasikan cara kegagalan itu ditemukan, yang berkaitan dengan resiko-resiko kualitas yang berhubungan dengan hilangnya sistem tertentu. Tiap-tiap fungsi atau fitur spesifik dapat mempunyai lebih dari satu ragam kegagalan (failure modes).
3) Potential Effect(s) of Failure.
Setiap ragam kegagalan dapat mempengaruhi user dalam satu atau lebih cara. Isi dalam kolom ini dibuat secara umum dibandingkan dengan mencoba mengantisipasi setiap hasil yang tidak inginkan.
4) Critical?
Dalam kolom ini, diindikasikan apakah efek-efek potensial tersebut mempunyai konsekuensi kritis bagi user. Apakah fitur atau fungsi produk tidak dapat digunakan sama sekali jika kegagalan ini terjadi?
5) Severity
Kolom severity ini (Black, 2009: 33) menunjukkan setiap efek dari kegagalan (segera ataupun tertunda) pada sistem. Digunakan skala 1 (terburuk) hingga 5 (paling tidak berbahaya), sebagai berikut:
1. Hilangnya data, kerusakan hardware, atau masalah keamanan.
2. Hilangnya fungsionalitas tanpa adanya solusi.
3. Hilanznya fungsionalitas dengan adanya solusi.
4. Hilangnya sebagian fungsionalitas.
5. Hal-hal kecil lainnya.
6) Potential Cause(s) of Failure
Kolom ini mendaftarkan faktor-faktor yang mungkin memicu terjadinya kegagalan, contohnya kesalahan operating system, kesalahan user, atau penggunaan secara normal. (Black, 2009: 33).
7) Priority
Priority (Black, 2009: 34) berarti efek dari kegagalan terhadap user, customer, dan operator. Digunakan skala 1 (terburuk) hingga 5 (paling tidak berbahaya), sebagai berikut:
1. Hilangnya nilai sistem secara total
2. Kehilangan nilai sistem yang tidak dapat diterima
3. Pengurangan nilai sistem yang mungkin dapat diterima
4. Pengurangan nilai sistem yang dapat diterima
5. Pengurangan nilai sistem yang tidak berarti
8) Detection Method
Kolom ini mendaftarkan metode atau prosedur yang ada seperti aktivitas-aktivitas pengembangan atau pengujian vendor yang dapat menemukan masalah sebelum hal tersebut mempengaruhi user, kecuali tindakan-tindakan yang dilakukan nantinya (seperti membuat dan mengeksekusi test suite) yang mungkin dilakukan untuk menemukannya.
9) Likelihood
Angka pada kolom ini merepresentasikan kerentanan, dari 1 (paling mungkin) hingga 5 (paling tidak mungkin), yang berkaitan dengan: a) eksistensi dari produk yang berdasarkan pada faktor-faktor resiko teknis seperti kerumitan dan kecacatan yang pernah terjadi sebelumnya; b) lepas dari proses pengembangan yang ada; dan c) gangguan pada operasi user. Digunakan skala 1 sampai 5 seperti berikut ini
1. Pasti mempengaruhi semua user
2. Kemungkinan besar mempengaruhi sebagian user
3. Mungkin mempengaruhi sebagian user
4. Pengaruh terbatas ke beberapa user
5. Tidak dapat dibayangkan dalam penggunaan sebenarnya.
10) RPN (Risk Priority Number)
Kolom ini menceritakan betapa pentingnya melakukan pengujian ragam kegagalan tertentu. RPN (Risk Priority Number) merupakan hasil dari severity, priority, dan likelihood. Karena digunakan skala dari 1 sampai 5 untuk ketiga parameter ini, maka RPN berkisar antara 1 (resiko kualitas yang paling berbahaya) hingga 125 (resiko kualitas yang paling tidak berbahaya).
11) Recommended Action
Kolom ini berisi satu atau lebih tindakan untuk setiap efek potensial untuk mengurangi resiko yang berkaitan (yang menekan RPN menuju angka 125).
12) Who/When?
Kolom ini mengindikasikan siapa yang bertanggung jawab untuk setiap tindakan yang disarankan dan kapan mereka bertanggung jawab untuk tindakan tersebut (contohnya, dalam fase mana).
13) References
Kolom ini menyediakan referensi untuk informasi tambahan tentang resiko kualitas. Biasanya, berkaitan dengan spesifikasi produk, dokumen persyaratan dan sejenisnya.
14) Action Results
Kolom terakhir ini (tidak terdapat pada gambar) mengizinkan untuk mencatat pengaruh dari tindakan yang diambil pada priority, severity, likelihood, dan nilai RPN. Kolom ini digunakan setelah mengimplementasikan pengujian, bukan pada awal FMEA.
0 Komentar